Janganpergi ke gereja di mana Anda ingin pergi; sebaliknya, pergilah ke tempat yang Tuhan ingin Anda tuju. Gereja bukan tentang kita-ini tentang menyembah Tuhan Yesus sebagai komunitas melalui Roh Kudus untuk kemuliaan nama Bapa. Tuhan memiliki tujuan bagi setiap anggota gereja, yang bertindak seperti anggota tubuh.
Ibadah bisa berarti ”tindakan yang menunjukkan hormat dan kasih kepada suatu allah”. Di Alkitab, kata-kata yang diterjemahkan menjadi ”ibadah” atau ”penyembahan” bisa menunjukkan bahwa seseorang sangat menghormati, atau tunduk, kepada ciptaan tertentu. Mat. 289 Kata-kata itu juga bisa memaksudkan penyembahan kepada Allah atau dewa tertentu. Yoh. 423, 24 Kita bisa tahu arti mana yang dimaksud dengan membaca konteksnya. Satu-satunya yang layak kita sembah adalah Yehuwa, karena Dialah Pencipta dan Penguasa Alam Semesta. Why. 410, 11 Kita menyembah Yehuwa dengan mengakui kedudukan-Nya sebagai Yang Mahatinggi dan memuliakan nama-Nya. Mz. 869; Mat. 69, 10 Kedudukan dan nama Yehuwa sering disebutkan dalam buku Yehezkiel. Di buku itu, ungkapan ”Tuan Yang Mahatinggi Yehuwa” muncul 217 kali, dan ungkapan ”tahu bahwa Akulah Yehuwa” muncul 56 kali.​—Yeh. 24; 67. Ibadah yang sejati tidak hanya melibatkan perasaan, tapi juga tindakan. Yak. 226 Saat kita membaktikan diri kepada Yehuwa, kita berikrar bahwa dalam segala hal, kita akan menaati Dia sebagai Penguasa kita dan menunjukkan bahwa kita benar-benar menghormati nama-Nya. Ingatlah, sewaktu Yesus digoda Setan untuk ketiga kalinya, dia menunjukkan bahwa ibadah berkaitan dengan ”pelayanan suci”. Mat. 410 Sebagai penyembah Yehuwa, kita bersemangat melayani Dia. * Ul. 1012 Kita memberikan ”pelayanan suci” dengan melakukan kegiatan-kegiatan rohani yang membutuhkan pengorbanan. Apa saja kegiatannya? Ada banyak kegiatan yang termasuk pelayanan suci, seperti memberikan kesaksian, menghadiri dan berpartisipasi dalam perhimpunan, membangun dan merawat tempat ibadah kita, melakukan ibadah keluarga, membantu rekan seiman kita yang terkena bencana, menjadi relawan di kebaktian, dan melayani di Betel. Semuanya dihargai oleh Yehuwa. Ibr. 1316; Yak. 127 Jika ibadah yang murni adalah hal yang utama dalam hati dan pikiran kita, kita akan ”melakukan pelayanan suci bagi-Nya siang malam”. Kita senang sekali melayani Allah kita Yehuwa!​—Why. 715.
Olehsebab itu, keberkenanan di hadapan Tuhan hendaknya tidak diukur dari jumlah uang atau persentase dari penghasilan kita. Persembahan yang hidup dan kudus meliputi seluruh hidup dan milik kita yang harus dikembalikan kepada Tuhan. Kehidupan seperti ini dapat dikatakan sebagai ibadah yang sejati. 3. 1.Memberi bantuan dana atau donasi pangan
Ibadah adalah suatu sikap hati dimana segala-galanya - seluruh hidupnya, keberadaan dan milik kita - menjadi persembahan yag terus-menerus kepada Tuhan, yang senantiasa dicurahkan kepada Tuhan. Ibadah yang benar adalah penyerahan sepenuhnya dari kehendak dan segala sesuatu yang kita miliki kepada Tuhan - dalam segala waktu, tempat, kegiatan, pikiran dan perasaan. Akan kami gambarkan maksud kita dengan memakai pandangan kita tentang bagaimanakah seharusnya seorang hamba Tuhan. Mungkin anda berpendapat bahwa seorang hamba Tuhan dalam memberitakan Injil harus mempunyai satu tujuan saja dalam pikirannya - yaitu memuliakan Tuhan dengan membawa keselamatan dan kemudian pengudusan kepada orang berdosa. Karena ia adalah hamba Tuhan maka anda merasa bahwa ia seharusnya belajar, berkhotbah dan melakukan tugas-tugas pelayanannya bukan untuk dirinya sendiri, bukan untuk gajinya, bukan pula untuk meningkatkan popularitasnya, tetapi hanya untuk memuliakan Tuhan. Kini jelaslah bahwa jika ini bukan tujuannya maka pelayanannya tidak dapat diterima Tuhan sebab bukan merupakan persembahan kepada Tuhan. Bukan ibadah kepada Tuhan tetapi ibadah kepada diri sendiri. Ibadah bagi seorang pendeta ialah suatu keadaan pikiran dimana semua tugas-tugas kependetaannya dilakukan hanya bagi kemuliaan Tuhan dan seluruh kehidupannya merupakan persembahan yang terus menerus kepada Tuhan. Anda berpendapat bahwa seorang pendeta harus beribadah kepada Tuhan dalam segala hal sama seperti doa dan khotbahnya - anda benar! Bukan saja seharusnya, tetapi sesungguhnya ia harus beribadah diluar mimbar sama seperti ketika ia berada di mimbar. Jika ia dipengaruhi oleh motivasi duniawi dan kepentingan diri sendiri selama seminggu itu maka motivasi yang sama itu pasti akan ada di hatinya pada hari Minggu. Jika pada hari Minggu itu pikirannya berpusat pada kesenangannya sendiri, berusaha mengunggulkan dirinya sendiri, maka demikian pula yang terjadi pada hari Minggu. Jika ibadah seorang hamba Tuhan semata-mata hanya suatu sandiwara - ia berkhotbah, berdoa, mengunjungi orang dan melakukan semua tugasnya hanya dengan tujuan untuk menunjang hidup keluarganya atau hanya mendapat penghormatan dan perhatian bagi dirinya sendiri - saudara pasti berkata bahwa ia orang jahat, dan jika ia tidak bertobat, ia pasti akan kehilangan jiwanya. Kalau itu pendapat anda, anda benar! Bila saudara jujur, saudara dapat malakukan penilaian dan memutuskan dengan benar sifat dan nasib orang-orang seperti itu. Sekarang, ingatlah, standar ini berlaku bagi kita semua!!! Tanamkan dalam pikiran kita, bahwa tidak ada tindakan, semangat atau luapan perasaan pribadi - atau keputusan untuk berubah, atau janji untuk saat dimasa mendatang - yang merupakan ibadah. Karena ibadah adalah keadaan kehendak dimana pikiran ini tenggelam seluruhnya didalam Tuhan sebagai Pribadi yang paling kita cintai - dimana kita tidak saja hidup dan bergerak dalam Tuhan tetapi juga untuk Tuhan. Dengan kata lain, ibadah adalah keadaan pikiran dimana perhatian dialihkan dari keakuan / kepentingan diri sendiri dialihkan kepada Tuhan - pikiran, maksud, kehendak, perasaan dan emosi, semuanya dicurahkan hanya kepada Dia.
TENTANGIBADAH YANG SEJATI. (Suatu Tinjauan Biblis-Teologis Terhadap Roma 12:1-2) I. Pendahuluan. Banyak pemahaman orang tentang hakikat dan makna ibadah. Ada yang memahami ibadah itu sebagai sebuah persekutuan yang melakukan ritus di tempat-tempat tertentu. Ada juga yang memahami ibadah itu sebatas kegiatan liturgis pada waktu-waktu
Oleh Dr Khairan Muhammad ArifAllah SWT berfirman, “Di antara manusia, ada yang menyembah Allah sekadar ritual formalitas, bila dia mendapat suatu manfaat dari ibadahnya, dia merasa puas, namun bila dia ditimpa ujian fitnah, dia berbalik menjadi kafir. Orang ini merugi di dunia dan akhirat, itulah kerugian yang sangat besar.” QS al-Haj11.Ayat ini adalah salah satu dari pesan penting surat al-Haj mengenai hikmah perintah ibadah haji. Tujuan ibadah haji di antaranya adalah membersihkan iman yang bersifat pragmatis dan ibadah ritual simbolis dan formalitas menjadi iman dan ibadah yang hakiki dan sejati. Allah SWT menjelaskan, orang yang beribadah simbolis dan formalitas dalam semua bentuk ibadahnya seperti shalat yang tidak khusyuk, tilawah Alquran tanpa tadabur merenungkannya dan menghadirkan hati, atau infak untuk meraih popularitas, zikir yang riya, dan semua ibadah yang sekadar ritual simbolis tanpa hati, adalah ibadah yang tidak dapat membentuk karakter dan integritas dalam diri seseorang. Ibadah model ini hanya melahirkan pribadi-pribadi cengeng, mudah mengeluh, penakut, pesimistis, pengecut, bahkan oportunis yang pada akhirnya tidak mampu memikul beban hidup dan ujian dari Allah ibadah khusyuk yang menghadirkan hati dan akal sehingga menjadi sarana audiensi antara hamba dan Sang Khalik adalah ibadah sejati dan substantif. Ibadah seperti inilah yang dimaksud oleh Fudhail Ibnu Iyadh, seorang ulama dari generasi tabi’in, ketika ditanya tentang ibadah terbaik, ia menjawab, ibadah yang ikhlas dan benar sesuai abid ahli ibadah sejati adalah mereka yang selalu merindukan untuk sujud di sajadahnya, merindukan waktu-waktu tahajudnya, dan mendambakan saat-saat munajatnya. Salah seorang salafus saleh berkata, “Hanya satu yang paling aku tidak sukai di dunia ini ketika fajar terbit. Mengapa? Karena, tahajud dan munajatku pada malam hari akan terputus bila fajar mulai terbit.”Ibadah seperti di ataslah yang akan melahirkan hamba-hamba yang berkarakter sebagai berikut Pertama, para rijal’ tokoh yang berkarakter. Ibadah khusyuk dan bukan sekadar simbolis akan memproduksi para ulama dan para pemimpin abadi. Kedua, ibadah sejati dan terbaik melahirkan para pejuang sejati, prajurit pemberani, dan manusia-manusia yang optimistis, giat, rajin, dan profesional. Ketiga, ibadah sejati dan khusyuk melahirkan para perindu syahid dan sebaliknya, ibadah yang sebatas simbolis dan formalitas akan melahirkan pribadi-pribadi pengecut dan penakut, oportunis, pragmatis, karakter pencuriga, dan berprasangka buruk pada orang lain. Pribadi yang pelit dan takut berkorban, pribadi yang pesimistis, tak berani melakukan terobosan, dan inisiatif. Bila karakter model ini dipelihara dalam kehidupan, orang seperti ini menjadi manusia yang paling merugi di dunia dan ibadah haji untuk menghindarkan umat dari penyakit-penyakit kepribadian di atas. Karena itu, mereka yang berhaji atau berumrah bukan karena Allah dan mencari ridha-Nya, haji dan umrahnya menjadi sia-sia. Dia akan rugi di dunia dan akhirat. Wallahu a’alam. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Padabagian terakhir, Paulus berkata bahwa inilah ibadah kita yang sejati. Ketika kita berbicara mengenai ibadah maka yang ada di pikiran kita adalah hari minggu kita pergi ke gereja. Ya memang betul itu adalah ibadah. Tetapi sebenarnya konsep ibadah tidak dapat dipersempit pada ibadah hari minggu saja.
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang kamu menjadi serupa dengan dunia ini,tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allahapa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”Roma 121-2Mungkin banyak yang bertanya, bagaimanakah seseorang dapat mempersembahkan persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah? Dalam konteks saat ini, kita mengetahui bahwa sangat terbatas untuk melakukan pelayanan sebagai ibadah yang sejati di gereja. Kita perlu mengerti bahwa konteks Roma 121-2 tidaklah terbatas pada pelayanan di dalam lingkungan gereja tengah-tengah keadaan yang kelihatannya kurang menguntungkan ini, haruslah kita ingat bahwa Firman Tuhan tetap berlaku. Secara khusus di dalam Roma 121-2 yang akan kita bahas ini, rasul Paulus menasehatkan kita untuk tetap mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah sebagai ibadah yang sejati. Mari kita perhatikan apakah makna dari masing-masing kata di atas berikut iniHidupKata hidup’ yang dipakai di sini berasal dari kata Yunani zaō yang secara harafiah berarti bernafas, tidak mati’. Bukan hanya itu saja, kata ini juga mengandung makna segar, kuat, dan efisien’.KudusKata kudus’ yang dipakai di sini berasal dari kata Yunani hagios yang secara harafiah berarti sakral, murni, tidak bercacat secara moral’. Orang percaya yang dikuduskan artinya dipisahkan dan disiapkan untuk setiap pekerjaan yang mulia 2 Timotius 221.Berkenan kepada AllahKata berkenan’ yang dipakai di sini berasal dari kata Yunani euarestos yang secara harafiah berarti menyenangkan, dapat diterima’.Dari ketiga makna yang rasul Paulus tekankan di atas, maka dapat dipahami bahwa ketika kita mempersembahkan tubuh kepada Tuhan, haruslah dengan potensi/karunia terbaik yang kita miliki, yang disertai dengan pertobatan dari dosa, dan menjalani segala sesuatunya sesuai dengan kehendak Allah, bukan sesuai keinginan kita. Dengan demikianlah kita sedang melakukan ibadah yang Paulus menekankan ini karena persembahan merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari sebuah ibadah. Dalam konteks Perjanjian Lama, pemahaman persembahan selalu merujuk kepada hewan kurban, dan hewan yang mau dipersembahkan harus sempurna, yaitu yang tidak bercacat cela. Namun, Kristus telah mati bagi kita di atas kayu salib, sehingga Paulus hendak menekankan bahwa tubuh kitalah yang menjadi persembahan itu sendiri, yang artinya di mana pun kita berada, kita sedang melakukan ibadah kepada adalah persekutuan gereja dalam ukuran yang terkecil. Dalam keluarga ada peran sebagai orangtua, suami, istri dan anak. Peran kita berbeda, tapi melihat apa yang sudah dibahas sebelumnya, setiap peran yang sudah Tuhan tetapkan bagi kita harus kita jalani dengan yang terbaik. Kehendak Allah kepada pribadi kita dalam sebuah keluarga dapat dilihat dari Efesus 522-28, 61-4, yakni sebagai pasangan suami istri harus menjalani kekudusan dengan setia pada pasangannya. Sebagai orangtua kita harus mendidik anak kita dengan nilai-nilai Firman Tuhan. Sebagai anak, kita bisa menghormati dan berbakti kepada orangtua kita. Inilah pelayanan kita di dalam keluarga sebagai wujud dari mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada PekerjaanDalam mempersembahkan tubuh kita sebagai wujud ibadah berikutnya adalah dalam lingkungan pekerjaan. Orang percaya dipanggil untuk bekerja, tetapi bukan sekedar bekerja, namun ia harus mampu menghasilkan buah Filipi 122.Tuhan Yesus pun mengajarkan kita untuk melakukan sesuatu hal yang lebih dari yang diminta do extra mile - Matius 541. Seorang pimpinan dapat do extra mile dengan selalu mendukung bawahannya untuk bekerja lebih produktif, dan tidak lupa memberikan apresiasi untuk setiap pekerjaan baik yang telah dikerjakan. Seorang karyawan dapat do extra mile dengan cara tetap bertanggung jawab dan proaktif dalam mengerjakan pekerjaan lebih dari yang mungkin diharapkan oleh perlu mengingat nasehat Rasul Paulus bahwa apa pun yang kita perbuat, kita perbuat dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kolose 323Pekerjaan dan ibadah adalah satu kesatuan. Bekerja dengan cara melakukan yang terbaik disertai kejujuran dan melakukan semuanya dengan ketulusan untuk kemuliaan Tuhan, maka inilah wujud nyata dari mempersembahkan tubuh kita yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada SekitarKita adalah makhluk sosial, kita adalah pribadi yang Tuhan percayakan lahir di bangsa ini dengan masyarakat yang beragam. Di tengah-tengah keadaan ekonomi yang kurang baik saat ini, tentulah makin banyak orang-orang yang merasakan imbasnya, apalagi bagi orang-orang yang sejak semula memiliki kondisi ekonomi yang lemah. Orang percaya juga dipanggil untuk memperhatikan kelangsungan hidup mereka ini sesuai dengan apa yang Firman Tuhan katakan di Amsal 1917,“Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu.”Tidak perlu tunggu harus menjadi lebih berada untuk menolong orang yang kesusahan. Jika kita mau memberikan persembahan yang terbaik sebagai wujud ibadah yang sejati, inilah saatnya kita menolong orang disekitar kita yang mengalami kesusahan. Hal ini serupa apa yang dikatakan Ibrani 1316"Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah."Jika sebelumnya kita berpikir bahwa mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah hanya dengan melakukan pelayanan atau pekerjaan di lingkungan gereja, sekarang kita memahami bahwa kehadiran kita di dalam keluarga, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan sekitar adalah wujud nyata dari paradigma baru dalam mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah di zaman ini selain merupakan wujud nyata penerapan dari Roma 121-2, juga merupakan wujud nyata menjadi garam dan terang di tengah-tengah dunia ini. Matius 513-16Dan semakin banyak orang dunia yang mengenal Kristus melalui kita, maka kita pun akan menggenapi panggilan kita untuk menjalankan Amanat Agung. Sudah siapkah kita? WP
ParaPembaharu Dunia Allah disusun bukan hanya untuk orang-orang yang menaruh perhatian secara khusus terhadap misi, melainkan untuk semua orang Kristen pada umumnya. Metode Belajar. Langkah pertama yang harus anda ambil adalah percaya bahwa Roh Kudus akan mengajar anda (baca Yohanes 16:13).
Oleh Yunus Septifan Harefa Romans 121 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati. Ibadah bukan hanya di hari Minggu. Ibadah juga bukan hanya soal menyanyi atau menari. Ibadah adalah tentang hidup yang kita jalani setiap hari. Menurut Rick Warren, pekerjaan kita pun menjadi ibadah ketika kita mendedikasikannya kepada Allah dan melakukannya dengan sebuah kesadaran akan kehadiran-Nya. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang kita lakukan termasuk yang kita pikirkan dapat menjadi ekspresi dari sebuah ibadah apabila kita melakukannya dengan tetap memandang kepada Allah. Dalam Roma 121-8, terdapat dua hal penting yang harus kita pahami mengenai ibadah. Pertama Ibadah Berbicara Mengenai Kehidupan “Saya” Ibadah tidak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan personal tentang “saya”. Ketika saya beribadah, maka hidup saya juga harus menunjukkan hidup yang berubah. Kalau saya beribadah, maka hidup saya akan berbeda dengan orang-orang di dunia ini. Kalau saya beribadah, maka hidup saya harus kudus dan berkenan bagi Allah. Kalau saya beribadah, maka pikiran saya juga harus mampu membedakan manakah kehendak Allah dan yang bukan kehendak-Nya. ay. 1-2 Kedua Ibadah Berbicara Mengenai Kehidupan “Kita” Ibadah tidak hanya berhenti pada kehidupan “saya”. Ibadah juga berbicara mengenai kehidupan “kita”. Ketika saya sudah dikuduskan oleh Allah menjadi umat-Nya, maka saya dipisahkan dan dikumpulkan bersama dengan orang-orang kudus lainnya. Ketika saya berkumpul dengan orang-orang kudus lainnya, maka ibadah bukan lagi hanya tentang saya, tetapi tentang kita bersama. Dalam kehidupan kita bersama inilah muncul istilah “keragaman”. Paulus menggambarkan keragaman itu dengan menjelaskan bermacam-macam karunia ay. 3-8. Setiap orang punya karunia yang berbeda, yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, perbedaan yang ada bukan bertujuan untuk menghancurkan, malahan perbedaan tersebut berfungsi untuk tetap menjaga keutuhan bersama. Ketika kita mampu menjaga kehidupan bersama, maka sebenarnya kita sedang beribadah. Oleh karena itu, hiduplah sebagai seorang yang beribadah! Secara personal, kita menjaga kekudusan. Secara komunal, kita tetap mampu berkarya dalam keragaman. Ibadah yang sejati itu mengubahkan “saya”, tetapi tidak pernah memisahkan “kita”. Yunus
MENGISIENERGI SPIRITUAL KE BATU AKIK Saya yakin, mayoritas pembaca disini tahu dengan apa yang disebut Batu Akik. Ya, salah satu batu mulia jenis agate yang memungkinkan menampakan gambar dan motif tertentu mirip ikan, burung, orang, pemandangan dan sebagainya. Akik bisa terdapat bermacam warna atau sewarna saja. Bisa dipakai untuk cincin,
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. ANALISA TEOLOGIS TENTANG IBADAH YANG SEJATISuatu Tinjauan Biblis-Teologis Terhadap Roma 121-2 I. PendahuluanBanyak pemahaman orang tentang hakikat dan makna yang memahami ibadah itu sebagai sebuah persekutuan yang melakukan ritus di tempat-tempat tertentu. Ada juga yang memahami ibadah itu sebatas kegiatan liturgis pada waktu-waktu tertentu, dan ada juga yang mengatakan bahwa ibadah itu adalah urusan pribadi dengan Tuhannya, tidak perlu dilakukan di tempat ibadah berkumpul dengan saudara kenyataan itu dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan jemaat itu tak jarang menjadi kacau, maka hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menuliskan pembahasan tentang ibadah yang diinginkan Tuhan sebagaimana yang telah difirmankanNya. Salah satu nats yang menjadi dasar alkitabiah yang digunakan dalam tulisan ini adalah Roma 121-2, dimana Paulus menasihatkan jemaat agar mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada ibadah yang Terminologi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Lihat Humaniora Selengkapnya
. 201 25 138 351 329 224 411 253
apakah nama lain dari ibadah yang sejati